online stats

Maluku Tenggara Kembangkan Rumput Laut



(Berita Daerah - Maluku), Kabupaten Maluku Tenggara kini sedang mengembangkan rumput laut kering menjadi bahan jadi dalam bentuk serbuk yang masih kasar.
"Jadi kalau selama ini rumput laut yang sudah dikeringkan kami jual kepada pengusaha dalam bentuk serbuk kasar, kata Ketua Koperasi Tani Nelayan Eronel,Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, U.Renrusun, di Ambon, Selasa.

Dia menjelaskan, pengelolaan rumput laut kering menjadi bahan jadi serbuk kasar atas saran dari Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Alex Retraubun saat melakukan kunjungan ke daerah itu dan bersedia membantu untuk membangun pabrik tersebut.

"Jadi ke depan setelah kehadiran pabrik kami sudah menjual atau mengekspor rumput laut dalam bentuk serbuk kasar, bukan lagi rumput laut kering seperti yang dilakukan selama ini," ujarnya.

Ia mengatakan selama ini rumput laut kering dijual dengan harga Rp8.000 per Kg, tetapi kalau serbuk harganya mencapai Rp150.000 per Kg.

Ia menjelaskan, untuk mendukung rencana tersebut saat ini Pemerintah Pusat lewat Kemenperindag maupun Disperindag Provinsi Maluku sedang membangun dua unit pabrik, masing - masing satu di Kota Tual dan satu lainnya di Kabupaten Maluku Tenggara.

"Jadi kedua pabrik itu sementara dibangun, dan diharapkan akhir tahun 2012 sudah bisa selesai pekerjaannya," katanya.

Terkait arealnya, Renrusun mengatakan, Pemda setempat menyiapkan lahan seluas lima hektare, kemudian dari Kementerian menyediakan operasional dan mesin - mesin pendukung.

Sedangkan Koperasi yang dikelolahnya sudah memiliki pabrik tersebut dan kini mulai kembangkan rumput laut menjadi tepung bahkan sudah dipasarkan hingga Eropa hanya saja melalui pengusaha Bosowa.

Namun kendala yang dihadapi sekarang ini, katanya, yakni belum memiliki laboratorium di lokasi pabrik.

Proses pengelolaan rumput laut mulai dari bahan baku basah hingga bahan jadi tepung harus melalui proses kimia melalui ukuran - ukuran di laboratorium.

Oleh karena itu kami meminta perhatian Pemerintah Provinsi Maluku untuk melihat hal ini, terutama membantu pengadaan laboratorium.

Renrusun menambahkan, rata - rata rumput laut yang dikembangkan di Maluku Tenggara jenis "Katoni", yang mempunyai nilai ekspor tinggi walaupun di daerah itu terdapat beberapa jenis rumput laut.
Kegiatan ekspor rumpu laut hasil budidaya petani di Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) maupun Kota Tual dilakukan selama ini lewat pelabuhan Surabaya (Jawa Timur) maupun Makasar (Sulawesi Selatan).
" Kegiatan ekspor itu sudah berlangsung sejak tahun 2007 yang lalu oleh sejumlah pengusaha asal Surabaya maupun Makasar," kata Ketua Koperasi Tani Nelayan Eronel,Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, U.Renrusun, di Ambon, Selasa.

Jadi, lanjutnya, sejak tahun 2007 itu di lakukan ekspor hanya saja tidak dilakukan langsung dari pelabuhan Tual, sebab penadanya itu berasal dari Surabaya dan Makasar.

"Jadi setiap tahun itu mereka datang membeli dalam jumlah yang banyak dan langsung diangkut dengan kontainer menuju Makasar atau Surabaya untuk selanjutnya dilakukan kegiatan di ekspor ke luar negeri," ujarnya.

Itu dapat dilihat, lanjutnya, karena selama ini mereka membeli melalui Koperasi Erumput lonel yang dipimpinnya.

Sedangkan Koperasi sendiri mendapatkan itu dari hasil pembelian dari para petani yang ada di kawasan Malra maupun Kota Tual dalam bentuk yang sudah kering dengan harga Rp8.000 per Kg.

Sedangkan masa panen dalam satu tahun bisa mencapai sembilan hingga 10 bulan, di mana hasil budidayanya dari awal hingga masa panen waktunya 45 hari, kemudian hasilnya setiap tahun bisa mencapai 8.000 ton lebih.

Untuk pengembangan kedepan, menurutnya, Koperasi sedang melakukan koordinasi dengan salah satu pengusaha di Surabaya agar bisa melakukan kegiatan ekspor langsung dari Tual.

Hal ini disebabkan karena rumput laut Malra mempunyai kualitas mutu yang terbaik, karena itu apa salahnya kalau dilakukan ekspor langsung dari Tual.

Kabid Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Maluku, Elvis Pattiselanno mengakui, kalau Maluku pernah melakukan ekspor rumput laut langsung dari pelabuhan Ambon sejak tahun 1991 yang lalu.

Namun pada tahun 1999 terjadi konflik kemanusiaan akhirnya kegiatan ekspor itu terhenti.

Karena itu, Pemda Maluku sedang melakukan koordinasi dengan pihak Kementerian Kelautan untuk bagaimana Maluku bisa kembali kembangkan hasil rumput laut ini dalam bentuk jadi sebelum di ekspor ke luar negeri.

Menurutnya, sekarang ini rumput laut kembali di dorong di Maluku, karena rumput laut ini dianggap sebagai satu komoditi yasng terkait dengan hajat hidup orang banyak.

Karena itu untuk mendorong penurunan angka kemiskinan maka rumput laut merupakan salah satu komoditi yang bisa membantu itu, apalagi di kelolah oleh masyarakat pesisir dasn tidak membutuhkan pekerjaan yang terbilang sulit, tapi cepat menghasilkan.

Ia mengatakan, Pemerintah Pusat sedang mendorong ke arah itu sebagai komoditi potensial, apalagi saat ini hasilnya di Malra cukup banyak, bahkan mencapai ribuan ton yang di antarpulaukan ke Makasar maupun Surabaya.
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | |
Copyright © 2011. Galeri ku - All Rights Reserved
Template Created by Published by Galleriku
Proudly powered by Blogger